Monday 31 August 2020

A Miracle Baby



2004-2005 bisa disebut sebagai tahun yang sangat sial,   sudah jatuh tertimpa tangga. 

1. keguguran lalu hamil lagi. 2. usus buntu saat hamil dan harus dioperasi. 3. Jabang bayi ada birth defect, yang namanya CDH congenital diaphragmatic hernia, ( ada lubang di diafragma, yang menyebabkan usus naik ke dada, menghimpit paru-paru , sehingga paru-paru terhambat perkembangannya ). 

Gara-gara CDH, sepanjang kehamilan kerja saya ialah bolak balik ke berbagai rumah sakit. Dan ketika melahirkan, tim medis sudah menunggu. Begitu brojol, baby langsung diamankan ke Neonatal ICU/ NICU. Kami namakan miracle baby itu Timothy.

Di ICU, baby mendapatkan treatment yang sangat agresif seperti ECMO ( proses oksidasi di luar tubuh ) untuk mengistirahatkan paru-parunya, juga operasi untuk menurunkan ususnya, serta menambal diafragmanya. Dengar-dengar sempat mengalami episode 2 kali ( kondisi drop sehingga keadaan di ambang ajal ). Dia tinggal selama hampir 2 bulan di NICU, baru boleh pulang ke rumah. 

Selama dirundung topan masalah itu:

Saya merasa seperti Pak Ayub di dalam Alkitab, mengalami bencana yang bertubi-tubi. Mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi ? Saya marah kepada Tuhan.

Sekarang saya mengerti bahwa bukan Tuhan yang membuat anak saya sakit. Sakit penyakit terjadi karena kita tinggal di dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Situasi di dalam dunia ini tidak kondusif untuk kesehatan. Tambahan lagi ada setan yang hendak mencuri, membunuh dan membinasakan. Sakit penyakit, virus, bakteria, cacat, abnormalitas tidak datang dari Tuhan. 

Kenapa Tuhan mengijinkan ? Tuhan memang maha kuasa dan paling berkuasa, namun Tuhan bukan maha mengatur. Tuhan itu bukan control freak. Dia memberikan free will kepada manusia. Dia bukan manipulator dan tidak memaksakan kehendakNya. Manipulasi, pemaksaan, control freak adalah ciri-ciri setan dan bukan Tuhan. 

Pernah saya berpikir bahwa Tuhan membiarkan sakit penyakit terjadi, supaya saya mengalami perubahan karakter. Ih sadis sekali jika anak saya dikasih birth defect untuk perbaikan karakter ibunya. Tidak, Tuhan tidak sadis kayak gitu. Tuhan mempergunakan firmanNya untuk mendidik manusia.  Bukankah itu yang dikatakan dalam 2 Timotius 3 : 16  Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan berguna untuk mengajar, menegur, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. 

Tapi jika kita diserang oleh penyakit, Tuhan itu pintar recycle, apa yang jelek dari si musuh, Dia akan pergunakan untuk keuntungan buat kita. Jadilah waktu kita diserang penyakit itu, kita lebih mau mendengarkan Tuhan daripada waktu keadaan senang. Dan Tuhan juga seperti ambulans... kalau penyakit menyerang, kita panggil Dia. Sayangnya karena tiap kali ada penyakit lalu ambulans datang, kadang kita jadi rancu. Kita pikir ambulans itu yang membawa penyakit. 

Kembali ke topik semula... tentang pengalaman saya dan my miracle baby

Apa yang saya belum mengerti waktu itu:

Saya belum tahu bahwa Tuhan berkehendak supaya kita sembuh dari segala sakit penyakit. Tadinya saya berpikir, ya lihat saja nanti gimana jadinya ... Kalau sembuh puji Tuhan, kalau tidak sembuh ya nggak papa, at least sudah usaha. 

Namun dengan berjalannya waktu, semakin saya yakin bahwa kesembuhan adalah kehendak Tuhan untuk semua manusia. Tuhan Yesus adalah representasi yang paling akurat dari Bapa. Kalau kita baca di Alkitab, Tuhan Yesus tidak pernah menabur virus, atau membuat orang menjadi sakit . Tuhan Yesus juga tidak mencelakai atau membunuh orang. Dan setiap orang yang datang minta disembuhkan oleh Tuhan Yesus, pasti disembuhkan. Tidak peduli apa kebangsaannya, pendidikannya, karakternya, moralnya Tuhan Yesus menyembuhkan semua yang minta disembuhkan. 

Kehendak Tuhan tidak terjadi secara otomatis di dalam dunia ini. Seringkali yang terjadi di dunia adalah kehendak iblis. Contohnya pandemik covid 19, ini bukan kehendak Tuhan. Bukan kehendak Tuhan juga kalau ibu mertua Petrus sakit demam. Bukan kehendak Tuhan kalau orang itu buta. Bukan kehendak Tuhan kalau ada orang kena epilepsi, tapi murid-muridNya tidak bisa menyembuhkan anak yang kena epilepsi itu. Namun di tangan Tuhan Yesus , anak itu disembuhkan. 

Jikalau kita tidak bisa menerima kesembuhan, jangan buru buru berpikir Tuhan yang tidak mau menyembuhkan. Mungkin kita yang belum tahu bahwa Ia mau menyembuhkan. Mungkin kita yang belum bisa menerima. Kesembuhan Timmy saya terima dari Tuhan dengan bantuan dari tim medis. Namun kalau saya renungkan lagi, jika pada saat itu, saya sudah bisa menerima dari Tuhan, mungkin Timmy menerima kesembuhan tanpa operasi. 

Pada akhirnya, jika saya melihat Timmy, my miracle child, saya jadi terkenang atas kebaikan Tuhan. Dan saya pun yakin bahwa Tuhan baik kepada semua anak dan ingin semua anak sehat, kuat dan bahagia. Kenyataan yang terjadi sekarang ialah banyak anak yang masih diserang sakit, kelemahan dan tidak bahagia. Karena itulah kita berdoa...Jadilah kehendak Tuhan di bumi ( di dalam diri anak -anak itu ) seperti di dalam surga. Selama masih ada kesenjangan kehendak antara surga dan bumi, berarti kehendak Tuhan belum terpenuhi. Atau ini adalah suatu panggilan buat kita semua, anak-anakNya , menjadi duta besarNya, untuk melayani sesama dan memberitakan kabar baik..bahwa Ia adalah Tuhan yang baik, yang menyembuhkan dan menyediakan kesembuhan itu lewat anakNya, Yesus Kristus, Tuhan kita. 

Pada akhirnya, Ayub yang menuduh Tuhan macam-macam, akhirnya bertobat. Saya mengakui bahwa saya pun pernah menuduh Tuhan macam-macam, dan sekarang saya lebih berhati-hati, sebelum saya menuduh Dia. Dan karena saya belajar tentang kebaikan Dia, saya jadi merasa lebih aman untuk mendekat kepadaNya. Karena Ia adalah Tuhan yang baik, ramah, penuh kasih dan tidak marah (lagi) kepada saya. Seluruh amarahNya sudah ditumpahkan kepada Tuhan Yesus, yang dikorbankan buat saya ( juga kita semua ). Sehingga saya yang patutnya dimurkai, sekarang menjadi kesayanganNya. Amin.   

2 comments: