Apalagi ketika badai menerpa, tanpa disadari kita mempersilahkan kegalauan untuk menemani kita. Kita lupa bahwa ada pihak-pihak lain yang bisa kita mintai tolong, untuk menjadi teman di saat badai menerpa.
Ketika kita diserang sakit penyakit, ketika kita dikhianati, ketika kita tak berdaya karena saldo bank negatif, ketika kita ditinggalkan, ketika kita dimusuhi, dll, dsb. Cobalah kita lihat di sekeliling kita secara teliti, siapakah yang tersedia untuk berbagi perasaan, untuk curhat, untuk menangis, untuk menumpahkan ? Kegalauan selalu hadir, tapi jangan pilih dia untuk menemani ...
Kita bisa mencontoh Bung Daud dalam hal ini, dalam 1 Samuel 30. Saat itu, Bung Daud belum jadi raja, dia melarikan diri dari Raja Saul. Daud memiliki 400 orang pengikut yang terdiri dari bocah nekad, orang galau, kaum marginal ( 1 Samuel 22:2 ). Daud dan pengikutnya pun membawa keluarga mereka. Dan pada suatu hari, Daud mengalami badai yang bertubi-tubi, kalau bisa dibilang, sudah jatuh tertimpa tangga pula.
1. Daud dan anak buahnya yang pada saat itu mengabdi kepada Raja Akis, ikut Raja Akis berperang. Namun Raja Akis kemudian menyuruh mereka pulang, karena sekutu Raja Akis tidak suka dengan Daud.
2. Ternyata saat yang bersamaan, bangsa Amalek merebut Ziklag, tempat berdiam istri dan anak-anak Daud dan pengikutnya. Kampung Ziklag dibakar habis, istri dan anak mereka ditawan oleh bangsa Amalek. 1 Samuel 30. Mendapati kampung yang terbakar dan anak istri yang diculik, Daud dan serdadu sangat terpukul. Pengikut pengikutnya marah kepada Daud, dan mempersalahkan dia. Mereka ingin melempari Daud dengan batu ( ingat, serdadu-serdadu Daud adalah para bonek )
Daud mengerti bahwa ia harus minta petunjuk dari Tuhan. Namun saat hati sedang sakit dan terluka seperti itu, sulit baginya untuk mendengarkan Tuhan. Istilahnya kalau gigi sedang infeksi tidak bisa langsung ditambal atau dicabut. Infeksi harus diredakan dulu dengan antibiotik. Setelah itu, barulah giginya ditambal atau dicabut.
Yang Daud lakukan ialah menguatkan dirinya di dalam Tuhan. Daud encouraged himself in the Lord. Setelah itu, barulah ia mencari tahu petunjuk dari Tuhan. Akhir dari kisah ini adalah happy ending, karena dengan pimpinan Tuhan, Daud merebut kemenangan. Istri dan anak -anak mereka yang ditawan , direbut kembali. Bahkan mereka mendapatkan jarahan dari peperangan melawan Amalek itu.
Ketika badai menerpa, dan kita merasa tergoncang, terpukul dan sakit hati, yang kita perlu lakukan ialah memperkuat diri di dalam Tuhan atau encourage ourselves in the Lord. Caranya ialah,
1. Kita harus tahu bahwa bukan Dia yang mengakibatkan masalah itu
2. Untuk memperkuat diri di dalam Tuhan, kita bisa melakukan hal-hal ini : praise and worship, membaca firman Tuhan, merenungkan janji-janjiNya, mendengarkan kotbah yang memperkuat iman kita, berdoa dan menyembah Dia, berdoa di dalam Roh. Kalau kita terlalu sedih sampai tak berdaya, hubungi saudara seiman di dalam Tuhan yang bisa bersama-sama melakukan hal tersebut.
3. Setelah emosi kita mereda, dan sudah lebih stabil, kita biasanya mulai bisa berpikir jernih. Berdoa minta hikmat Tuhan, tenangkan diri kita untuk mendengarkan petunjukNya. Berimanlah kepada Tuhan Yesus yang berkata bahwa domba-dombaNya mengenal suaraNya.
Saat badai menerpa, mari kita lari kepada Tuhan Yesus. Mari kita memperkuat diri di dalam Dia. Mari kita mencari tahu apa petunjukNya. Mari kita berguru pada Daud dalam hal ini.
Jangalah meniru Daud dalam hal perselingkuhannya dengan Bathsyeba, tapi marilah kita meniru Daud dalam hal-hal yang baik. Tirulah Daud dalam hal memperkuat diri di dalam Tuhan.
pic by Brut Carniollus from Unsplash.com
No comments:
Post a Comment