Thursday 18 February 2016

DIA YANG SAYANG SAMA KAMU (PART 3)

Zephaniah 3:17 For the LORD your God is living among you. He is a mighty savior. He will take delight in you with gladness. With his love, he will calm all your fears. He will rejoice over you with joyful songs."
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Maaf Pak Josh. Saya lupa tawarkan minum. Saya bikinkan teh yah,”

“Asal tidak merepotkan,” jawabnya

Kamu pun bergegas ke dapur. Mengambil teko, mengisi air. 
Menyalakan korek api.

“Boleh saya bantu, Dinda?”

Kamu hampir terlonjak karena kaget. Pria sempurna itu mendatangi dapurmu.

“Jangan repot repot, Pak Josh,”

“Tidak apa-apa,” jawabnya.

Kamu berusaha menyalakan korek api. Tapi entah kenapa, mungkin karena kamu gugup atau karena koreknya agak lembab, apinya tidak menyala.

“Sini saya yang coba,” katanya

Dia mengambil kotak korek api itu dari tanganmu yang gemetar. 
Sekali mencoba , korek langsung menyala. 
Ia dekati kompor gas dan diputarnya. 
Gas menyambar api yang menyala di korek itu. 
Kompor pun siap memanaskan air di tekomu.

Sementara kamu menyiapkan minuman , percakapan terus berlangsung. 
Ia bertanya, dan kamu menjawab.Kamu bertanya dan ia menjawab. 
Perbincangan yang  intim, diselingin gurauan yang lucu.

Tanpa terasa teh panas sudah siap. Kamu ambil sebungkus biscuit yang kamu beli di minimarket dekat kantormu beberapa hari yang lalu.

watercolor picture courtesy of Sandra Nursilo
“Ayo Pak Josh, silahkan ,” katamu sambil menyajikan suguhan sederhana kepada pria sempurna itu. 

Timbul kebanggan kecil di dalam hatimu bahwa kamu bisa menjamu dia.


Josh Kristoforus minum teh dan makan biscuit bersama 
dengan kamu malam itu.
Dia yang ganteng, gentleman, pintar, kaya, dan berwibawa.  
Anak konglomerat yang pengaruh politik. Seorang pria sejati yang sempurna. Kamu merasa seperti dalam mimpi.

“Dinda, saya sayang sama kamu,” katanya ketika kamu sedang meniup niup teh yang panas di cangkirmu.

Kenyamanan yang kamu rasakan sebelumnya kini berubah menjadi ketegangan. Kamu letakkan cangkir tehmu di meja. Kamu tundukkan kepalamu. 
Kamu janitor. Dia CEO. Kamu orang biasa. Dia pria sempurna. 
Tangannya kini menggengam lembut tanganmu. 
Kamu memberanikan diri untuk mengangkat kepalamu 
menatap Josh Kristoforus.

Matanya yang coklat kehijauan memandangmu dengan tulus. 
Mata itu pun mengiyakan kata-kata yang kamu dengar sebelumnya. 
Dia sungguh sayang sama kamu.  

Dunia rasanya berhenti pada saat itu. Kamu tidak bisa bicara. 
Hanya menganggukan kepala dan meneteskan air mata. 
Terimakasih. Kata-katamu tidak terucapkan. 
Namun terdengar dan menggema di dapurmu yang kecil itu. 

(THE END )

ditulis oleh Sabatini Chen

No comments:

Post a Comment