Wahyu 3:20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok;
jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu,
Aku akan masuk mendapatkannya danAku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dia… Bagaimana dia bisa ada di depan rumahmu.
Kakimu lemas
dan jantungmu melonjak .
Dia mengetuk lagi. Kali ini lebih keras dan lebih cepat.
Tanganmu
yang gemetar akhirnya membukakan.
Dia yang sempurna ada di depanmu. Perawakannya kuat.
Wajahnya tampan. Matanya yang coklat
kehijauan bersinar teduh.
Senyuman ramah berkelebat sekilas dari mulutnya
namun terpancar terus dari tatapannya.
Senyuman ramah berkelebat sekilas dari mulutnya
namun terpancar terus dari tatapannya.
“Dinda ?” sapanya kepadamu
“Pak Josh,” mulutmu menyebutkan nama yang terkenal itu.
Josh
Kristoforus, semua orang tahu namanya, tapi hanya sedikit yang kenal dia.
“Boleh saya masuk,” suaranya dalam, biasa saja,
namun
menggema di rongga telingamu.
“Silahkan Pak,”
Kamu baru sadar bahwa ia membawa
“Terimakasih Pak,”
Sekelebat tangannya bersentuhan dengan tanganmu
ketika ia
menyerahkan mawar itu.
Hatimu seperti terbang karena sentuhan yang terjadi
sepersekian detik saja. Tangannya kasar. Seperti tangan tukang kayu.
Dengan
hati hati kamu letakkan bunga mawar dan coklat di atas meja.
Belum pernah ada
yang memberimu bunga mawar.
Seisi ruangan jadi harum karena wanginya.
Sedangkan
coklat itu, hmmm. Coklat asing, yang tidak pernah kamu lihat. Selama ini, kamu
hanya tahu coklat Silver Queen.
“Silahkan duduk,” katamu, berusaha menjadi tuan rumah yang
baik.
Namun kamu malu ketika sadar bahwa jok kursimu bolong di beberapa tempat.
“Maaf Pak, kursinya bolong,”
Dia tidak berkomentar sama sekali. Ia duduk di situ dengan
nyaman.
Kamu jadi salah tingkah. Kamu diam. Menunduk. Tidak tahu harus bicara apa.
Dialah yang
memulai pembicaraan. Dia ingin tahu tentang kamu.
Latar belakangmu. Hobimu. Hal
hal yang menurut kamu tidak berarti.
Tapi dia bilang itu penting. Selama kamu
bicara, perhatiannya terpusat kepadamu. Sesekali ia mengometari dengan gurauan.
Sesuatu yang lucu, yang bikin kamu tertawa.
Lalu gantian dia yang berbicara. Dia ceritakan tentang
dirinya.
Latar belakanganya. Hobinya. Ternyata ia hobi bikin furniture.
Tidak
heran tangannya kasar. Tangan tukang kayu.
Ah, dugaanmu tepat.
Tiba-tiba kau sadar bahwa ia belum diberikan minum.
(TO BE CONTINUED TO PART 3)
Tokoh di dalam cerita ini hanya rekaan belaka, jika ada kesamaan dengan karakter yang masih hidup maupun sudah almarhum, itu adalah kebetulan yang tidak disengaja.
oleh : Sabatini Chen
Tokoh di dalam cerita ini hanya rekaan belaka, jika ada kesamaan dengan karakter yang masih hidup maupun sudah almarhum, itu adalah kebetulan yang tidak disengaja.
oleh : Sabatini Chen
No comments:
Post a Comment