Monday 9 November 2020

Ketika MauNya Tuhan Tidak Kesampaian (3)


    Pada posting yang sebelumnya, kita belajar bahwa kasih membutuhkan kehendak bebas untuk diwujudkan. Pemaksaan yang berlebihan bukanlah kasih yang sejati. Dalam hubungan orang tua dan anak, , hal-hal tertentu bisa dipaksakan ketika anak masih bayi. Indepence diberikan secara bertahap sejalan bertambahnya usia dan pengertian seorang anak. 

    Saya sangat mengerti akan prinsip ini. Yang sulit buat saya ialah memahami bagaimana Tuhan yang paling berkuasa juga melakukan hal yang sama terhadap manusia. Bahwa Tuhan tidak memaksakan kehendakNya dan tidak memaksakan kasihNya. Tuhan yang legawa itu memberikan ruang yang sangat lapang bagi manusia untuk memilih. Itu yang sulit untuk dipahami dan dicerna buat saya pribadi. 

    Hal ini terlihat sejak awal penciptaan di Taman Eden. Tuhan membebaskan manusia untuk makan dari semua pohon buah kecuali satu pohon, yaitu pohon pengetahuan yang baik dan buruk. Tuhan menyatakan kehendakNya : Jangan kamu makan, karena ketika memakannya,  kamu mati. 

    Kematian bukanlah kemarahan Tuhan. Kematian adalah suatu konsekuensi. Kalau makan buah terlarang, konsekuensinya mati. Sama seperti , kalau menjatuhan diri dari lantai 10, konsekuensinya mati. Kalau tenggelam di dalam air selama 15 menit, bakal mati. Bukankah kita juga melarang anak anak untuk main di tempat yang tinggi, karena kita takut mereka jatuh. Kalau mereka melanggar larangan kita lalu jatuh dan geger otak...geger otak itu konsekuensi yang terjadi karena pelangaran. Geger otak bukanlah hukuman yang kita jatuhkan karena mereka melanggar perintah kita.

    Tuhan memberikan berjuta juta pohon buah untuk dimakan, dan hanya satu yang dilarang. Tapi itu pun dilanggar oleh manusia. Bagaimana reaksi Tuhan ?

    Tuhan tidak tersinggung, ngambek, marah, frustasi, benci, atau murka ketika Adam dan Hawa memakan buah. Dari pertama , Tuhan sudah tahu bahwa pelanggaran itu mungkin terjadi. Karena itulah Dia sudah menyiapkan plan B. Keturunan Hawa akan menghancurkan kepala ular. Yesus Kristus adalah domba yang disembelih sebelum dunia dijadikan. ( 1 Petrus 1: 19-20, Wahyu 13:8, Kejadian 3:15)

    Itulah kehebatan Tuhan, ketika Mau-Nya Tuhan tidak kesampaian, Ia tidak marah atau ngambek. Ia sudah merencakan Plan B. 

    Tuhan mau manusia menjadi penguasa di bumi ini. Karena makan buah terlarang, manusia mati. Bukan saja mati jasmaninya di kemudian hari, namun mati rohaninya. Roh manusia yang tadinya hidup dan terang, menjadi mati dan gelap. Secara penampilan, manusia sepertinya tidak berubah, namun di dalamnya terjadi kematian. Gelap . Roh manusia menjadi seperti zombie. Jiwa manusia menangkap perubahan roh itu, manusia merasakan emosi negatif yaitu ketakutan dan malu. Manusia langsung bersembunyi dan berusaha menutupi dosanya dengan daun ara. 

    Dengan berbuat dosa, tanpa disadari manusia menyerahkan kekuasannya atas bumi kepada setan. Manusia menjadi pelayan dari oknum yang diturutinya. Ketika manusia menuruti iblis, maka manusia menjadi budak dari iblis. ( Roma 6:16). Dan agenda iblis adalah mencuri, membunuh dan membinasakan ( Yohanes 10:10 ).

    Apakah Tuhan bisa langsung mengkudeta iblis ? Secara legalnya tidak bisa, karena Tuhan menyerahkan kuasa untuk memerintah di bumi kepada manusia. Manusialah yang bisa mengkudeta iblis. Karena itu Tuhan perlu mengirimkan anakNya yang tunggal dalam rupa manusia yang tidak berdosa, supaya melalui Yesus Kristus, iblis dikudeta dan kekuasaan atas bumi direbut kembali dan diberikan kepada manusia-manusia yang mau percaya kepada Yesus Kristus. Yesus adalah plan-B, ketika mau-Nya Tuhan supaya manusia memerintah bumi ini tidak kesampaian. 






No comments:

Post a Comment