“Tangan Cici kok
sekarang kasar yah,” bisik adik kepada mama ketika saya baru tiba di Jakarta
dari Amerika dengan membawa anak saya yang baru berumur setahun.
“Yah
begitulah tangan seorang ibu, beda dengan tangan anak gadis, “ komentar Mama
Mama saya
benar. Tangan saya setelah menjadi ibu adalah tangan yang sibuk.Banyak
pekerjaannya. Dari yang kotor sampai yang bersih, tangan ini pernah menyentuh
semuanya. Dari membelai sampai yang mendisiplinkan, tangan ini pernah melakukannya.
Tidak heran William Wallace membuat puisi yang berjudul “The Hand That Rocks The Cradle Rules The
World”.
Saya percaya
bahwa itulah yang diimpikan oleh setiap ibu, bahwa anak yang dirawat dengan
segenap hati oleh tangannya akan menjadi anak yang rule the world, anak yang hebat dan perkasa yang bisa berguna bagi
dunia.
Di balik ide
yang mulia ini, ada suatu campur tangan dari Sang Pencipta. Beliau, yang adalah
sumber kreatifitas, merancang sebuah kehidupan sebelum kehidupan itu terjadi.
Karena ada tertulis, “Before I formed you
in the womb, I knew you,” Sang Pencipta berkolaborasi dengan seorang ayah
dan seorang ibu untuk menghasilkan seorang individu yang unik. Sang Pencipta
menyerahkan hak untuk membesarkan dan mendidik anak kepada ayah dan ibu,
seperti ada tertulis,” My son keep your
father’s commandment and do not forsake your mother’s teaching,”
Tangan
seorang ibu, yang merawat dan mengajar anaknya, adalah tangan yang diberkati
oleh Sang Pencipta. Tangan itu adalah tangan yang mulia walaupun kasar, berotot
dan berurat. Lotion dan handcream mungkin akan membuatnya halus
dan lembut, namun otot dan urat tetap ada di tangan seorang ibu.
Di hari ibu
ini, biarlah tangan itu dikuatkan, supaya tetap perkasa. Biarlah tangan itu
dihormati, supaya tetap berharga. Biarlah tangan itu dikasihi, supaya tetap
bahagia.
Untuk ibu
ibu, teman sejawatku, biarlah tangan kita tetap terawat supaya sehat. Buang perasaan
sebagai martir yang bisa membuat tangan itu terluka. Biarlah tangan itu rela
ditopang oleh tangan Sang Pencipta yang rindu untuk melangsungkan partnership
dengan kita. Sang Pencipta, walaupun Beliau memperkenalkan diriNya dengan
gender laki laki yang disebut Bapak dan Putra, namun Beliau sangat mengerti
perasaan seorang ibu. Bukankah ada tertulis, “…how often I have longed to gather your children together, as a hen
gathers her chicks under her wings, and you were not willing.”
Marilah kita
gunakan tangan kita untuk membawa anak anak itu kepada Sang Pencipta. Dengan
ketekunan ketika mereka kecil. Dengan teladan senantiasa. Dengan doa kepada
Sang Pencipta yang berkuasa. Marilah kita berpartner dengan tangan Sang
Pencipta yang berlubang paku itu, supaya anak anak kita menemukan jati dirinya
dan tempatnya di dunia ini, so they can
really rule the world.
Diberkatilah
kiranya tangan para wanita. Amen.
No comments:
Post a Comment