![]() |
orang-orang yang sedang mengalami kesembuhan (bertamasya) |
Akhir akhir ini medsos, saya sering lihat orang orang pasang foto liburan dan tamasya dengan caption "healing" . Kenapa yah ?
Mengapa tamasya disamakan dengan healing ? Berikut adalah asumsi saya...
Mungkin disebut healing karena kegiatan kegiatan tersebut
1. Menghilangkan kejenuhan
2. Memberikan kebahagiaan
3. Mengaktifkan panca indera yang biasanya pasif karena dalam melakukan sesuatu yang nggak rutin
4. Memberikan pengalaman baru
5. Memberikan pengetahuan baru
6. Membangkitkan semangat hidup
7. Melepaskan rindu , terutama kalau kegiatan ini menjadi ajang untuk bertemu kerabat atau orang lain
8. Dan lain-lain...
Namun di balik beberapa asumsi itu, timbul lagi beberapa pertanyaan di dalam hati yang membuat saya prihatin.
1. Apakah kegiatan rutin sehari-hari dianggap sebagai sesuatu yang menyakitkan sehingga kegiatan-kegiatan yang melepaskan diri dari rutinitas dibilang healing ?
2. Apakah kita merasakan kejenuhan yang akut dalam hidup sehari-hari yang membuat kita merasa sakit sehingga perlu disembuhkan dengan kegiatan jalan-jalan atau liburan ?
3. Apakah kegiatan itu adalah temporary solution untuk mengatasi sakit penyakit yang diderita atau memang bisa menyembuhkan kondisi sakitnya ?
Sejujurnya, saya pun pernah berpikir bahwa travelling atau jalan-jalan adalah suatu solusi yang jitu untuk mengatasi kejenuhan hidup. Saya pikir kejenuhan hidup adalah sesuatu yang bahaya karena bisa mengakitabkan banyak hal seperti ketidakharmonisan suami istri atau orang tua anak. Kejenuhan bisa menimbulkan stress yang menyebabkan sakit di tubuh. Travelling adalah obatnya. Karena itu kalau pun tidak punya uang, harus diusahakan. Saya pernah berpikir seperti itu. Bahkan saya pernah menulis seperti itu juga.
Sekarang saya berubah pendapat. Pendapat saya ialah : jalan-jalan atau travelling bukanlah obat yang bisa menyembuhkan kejenuhan secara permanen. Itu hanya band aid yang membantu proses penyembuhan tapi itu bukanlah obatnya jika kita mau menjadi sehat dan seimbang dalam hidup kita.
Saya melihat dua orang nenek saya sebagai contohnya. Dua-duanya sudah berpulang, Oma Mendas ketika beliau berusia 65, dan Oma Tunggul ketika 85. Oma Mendas yang tinggal di jalan Menteng Wadas/ Mendas , yang nama aslinya adalah Maryam, bukan tipe yang sering jalan-jalan. Keadaan ekonominya tidak memungkinkan untuk itu. Dia ini sangat trampil untuk kegiatan keputrian seperti menjahit, membordir dan memasak. Sepertinya dia tidak punya hobi, dia sangat sering memasak sepertinya dia enjoy melihat keluarganya makan enak. Dia meninggal karena komplikasi dari diabetes, dan tidak bisa disembuhkan dengan jalan-jalan atau travelling. Dia sempat dirawat selama sebulan di rumah sakit, tapi akhirnya dia pulang ke rumah Bapa Surgawi.
Oma Tunggul, yang tinggal di Jalan Bukit Tunggul dan nama aslinya ialah Elly, lebih sering jalan-jalan karena keadaan ekonomi yang baik. Dia pernah ikut tour ke beberapa negara di Asia. Secara ekonomi, dia lebih beruntung daripada Oma Mendas. Dia pulang ke rumah Bapa dalam usia 85, hanya nggak enak badan sebentar, tinggal di rumah sakit sehari, lalu langsung berpulang. Seperti layaknya orang orang jaman dulu, dia jarang ke dokter. Tapi dia bukan tipe yang harus secara rutin travel atau jalan jalan. Kegiatannya yang ia sukai ialah merawat tanaman dan nonton sinetron. Makanan yang dia makan pun sangat monoton, yaitu sayur bening, oatmeal, serta beberapa gorengan seperti ayam goreng atau udah goreng. Tiap sore dia minum kopi atau teh. Itu seingat saya.
Ingatan saya mungkin selektif karena saya tidak tahu secara detail perasaan serta ucapan ucapan mereka. Namun generasi mereka adalah generasi yang teguh kukuh berlapis baja. Mungkin mereka pun merasakan kejenuhan dalam hidup, tapi bukan tipe yang mengeluh dan harus travel untuk mengatasi kejenuhan hidup itu. Saya bukan tipe seperti itu dan saya pun tidak perlu mejadi seperti mereka. Mereka adalah anak jaman mereka sendiri.
Kembali kepada topik healing...
Kesimpulan saya ialah anak anak jaman ini ( termasuk diriku) gampang merasa jenuh dan terbeban dengan rutinitas hidup sehari hari lalu berpikir bahwa tamasya/ travelling adalah jalan keluarnya sampai-sampai tamasya itu disebut healing atau temporary healing mungkin lebih tepatnya.
Diriku ingin memperbaharui pikiran untuk tidak gampang jenuh melainkan gampang bersyukur. Untuk menikmati rutinitas hidup walaupun sepertinya sangat membosankan.
Tidak salah memakai tamasya sebagai temporary solution untuk mengatasi kejenuhan hidup. Namun jangan sampai salah kaprah lalu beriman dan berharap kepada tamasya, atau menganggap tamasya sebagai obat. Banyak orang kaya yang bisa bertamasya ke berbagai tempat tapi hidupnya tetap kosong dan menderita.
No comments:
Post a Comment